Ahli gizi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Mirza Hapsari Sakti Titis Penggalih, menegaskan bahwa air susu ibu (ASI) memiliki kelebihan yang signifikan dan tidak dapat dibandingkan dengan susu formula (sufor). Menurutnya, keunggulan ASI terletak pada kandungan nutrisi dan zat kekebalan yang tidak dapat ditemukan pada sufor, sebuah fakta yang semakin penting dalam konteks peningkatan kesehatan anak sejak lahir.
Dalam wawancara yang dilakukan oleh SuaraJogja.id pada Jumat (2/8/2024), Mirza mengungkapkan bahwa ASI merupakan sumber gizi terbaik bagi bayi, terutama bagi mereka yang berusia di bawah enam bulan. "Kalau kelebihannya, kalau dibandingkan ASI, tetap terbaik ASI. Ada sesuatu yang tidak dimiliki susu sapi adalah imunitas yang dibangun dari kekebalan tubuh ibunya. Itu tidak bisa didapatkan dari susu sapi," katanya. Ini menunjukkan bahwa ASI mengandung antibodi dan sel-sel imun yang membantu melindungi bayi dari berbagai infeksi.
Kandungan gizi dalam ASI seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral juga berperan penting dalam perkembangan fisik dan mental bayi. Mirza menyoroti bahwa ASI mengandung komposisi yang seimbang dan unik, yang bisa beradaptasi dengan kebutuhan bayi secara individual, sesuatu yang tidak dimiliki oleh susu formula.
Ringan terhadap alergi
Penggunaan susu formula juga memiliki risiko terkait kompetisi alergi pada bayi. Mirza menjelaskan bahwa ada kemungkinan alergi terkait dengan bahan makanan tertentu, seperti susu sapi yang umum digunakan dalam pembuatan susu formula. Jika bayi memiliki predisposisi untuk alergi terhadap protein susu sapi, maka pemberian susu formula bisa menjadi masalah. "Apabila kita itu ternyata membawa potensi alergi terhadap bahan makanan tertentu, contohnya susu sapi, akhirnya susu sapi itu tidak akan bisa dikonsumsi bayi. Susu formula tadi juga tidak akan bisa dikonsumsi bayi karena dia alergi dengan itu," ujarnya.
Situasi ini menegaskan pentingnya ASI sebagai pilihan pertama bagi ibu menyusui, karena dapat mengurangi risiko alergi yang mungkin timbul akibat pemberian susu formula.
Kandungan gula dalam susu formula
Problematika lebih lanjut mengenai susu formula adalah kandungan sukrosa atau gula tambahan yang sering ditambahkan ke dalamnya. Mirza menjelaskan bahwa meskipun ada aturan tentang penggunaan dan kadarnya, tetap saja penambahan gula ini dapat berkontribusi terhadap masalah kesehatan, khususnya obesitas pada anak. "Tetap saja itu (susu formula) mengandung gula yang akan memicu obesitas pada anak. Jadi ada kandungan gula, penambahan gula itu lah yang bisa menimbulkan obesitas pada anak," tuturnya.
Obesitas di usia dini adalah masalah serius yang dapat berdampak pada kesehatan jangka panjang, menyebabkan berbagai penyakit seperti diabetes, hipertensi, dan masalah kesehatan lainnya di kemudian hari. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan jenis makanan dan minuman yang diberikan kepada bayi.
Rekomendasi kepada ibu menyusui
Mirza mendorong ibu untuk memprioritaskan ASI selama periode menyusui. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi, di mana tidak ada makanan atau minuman lain yang diberikan kecuali ASI. Pemberian ASI eksklusif tidak hanya memberikan nutrisi yang optimal tetapi juga meningkatkan hubungan emosional antara ibu dan bayi.
Di tengah perkembangan industri susu formula yang semakin pesat, fakta-fakta tentang manfaat ASI tetap menjadi perhatian utama. Ibu-ibu disarankan untuk berkonsultasi dengan ahli gizi atau dokter anak mengenai pilihan terbaik dalam pemberian nutrisi untuk bayi mereka.
Kampanye promosi ASI oleh berbagai pihak, termasuk pemerintah dan LSM, sangat penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang manfaat ASI. Program-program edukasi tentang menyusui seharusnya terus digalakkan untuk memberikan informasi yang tepat dan mendorong lebih banyak ibu untuk memilih ASI sebagai sumber utama nutrisi bagi bayinya.
Dari perspektif biaya, meskipun susu formula mungkin terlihat lebih praktis dalam beberapa situasi, ASI sebenarnya lebih ekonomis. Ibu tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli susu formula, botol, dan perlengkapan lainnya yang mungkin diperlukan. Selain itu, ASI juga lebih mudah dicerna oleh bayi dibandingkan dengan susu formula, sehingga mengurangi risiko gangguan pencernaan.
Kesimpulan dari perspektif kesehatan masyarakat
Dalam konteks kesehatan masyarakat, pentingnya ASI tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada masyarakat secara keseluruhan. Bayi yang mendapatkan ASI berisiko lebih rendah terhadap berbagai jenis penyakit, yang pada gilirannya dapat mengurangi beban pada sistem kesehatan. Dengan meningkatkan angka menyusui dan memastikan ibu mendapatkan dukungan yang diperlukan, kita dapat berkontribusi terhadap kesehatan generasi mendatang.
Mirza Hapsari Sakti Titis Penggalih menegaskan, "Jadi yang terbaik itu tetap adalah ASI. Jadi tidak bisa dibandingkan dengan susu formula." Pernyataan tersebut mencerminkan keunggulan tak terbantahkan dari ASI sebagai nutrisi terbaik bagi bayi. Keputusan untuk memberikan ASI harus didukung oleh informasi yang jelas dan edukasi yang baik bagi semua ibu di seluruh Indonesia.